Jumat, 26 Oktober 2012

SEJARAH, MITOS & BUDAYA


Sejarah Inna Samudra Beach Hotel



Hotel
 Bintang 4 di kawasan Palabuhanratu sebagai pilihan yang tepat untuk tempat mengisi liburan keluarga,untuk mengadakan rapat dan yang lainnya.Sebagai tempat yang kondusif dengan ditunjang oleh berbagai pasilitas lainnya,disamping memiliki kawasan pantai tersendiri dan di latar belakangi oleh kawasan hutan cagar alam barang tentu Inna Samudra Beach memiliki keunikan tersendiri.

Sebagai Hotel pampasan perang Jepang yang dibangun dan di prakarsai oleh
 Bung Karno,merupakan hotel tertua di Palabuhanratu yang tidak akan kalah dengan Hotel lain mengenai pasilitas dan pelayanan.Inna Samudra Beach selalu siap menerima dan melayani para pengunjung sebagai tamu Hotel dengan pelayanan yang prima karena "Anda Segalanya Bagi Kami"


SBH adalah suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dibangun tahun 1962 selesai akhir tahun 1965, 3 bulan lebih cepat dari waktu yang direncanakan, yang belum selesai adalah pembangunan restaurant terapung di depan hotel. 

Biaya pembangunannya adalah dari dana Pampasan Perang Jepang sebesar + Rp. 660 milyar (uang rupiah lama) dan pelaksana pembangunannya PN Pembangunan Perumahan dari Indonesia dan Taisei Kanko Kabushiki Kaisha LTD. dari Jepang.
 

SBH Dibangun diatas lahan seluas 60HA termasuk lahan untuk pembuatan lapangan golf seluas 34,5 HA, tinggi bangunannya 32 meter, panjang 100 meter, lebar 13 meter, letak bangunannya memanjang dari timur ke barat bertulang beton dan menghadap Samudra Hindia.
 

SBH Berkali-kali didesas desuskan akan dijual, tetapi karena hotel ini Asset Pemerintah dan milik Bangsa Indonesia serta sebagai agen pembangunan serta mulai menuju titik - titik cerah tingkat penghunian dan hasil pengusahaannya, maka sejak tahun 1988 hotel ini diputuskan oleh pemegang saham tidak jadi dijual.
 

SBH Merupakan ajang untuk pendidikan dan latihan tenaga - tenaga di bidang perhotelan, industri pariwisata dan bidang usaha sejenisnya, kini Alumni SBH tersebar di mancenagara.
 
             

SEKAPUR SIRIH "NGABUNGBANG" DI MUARA SUNGAI CISUKAWAYANA

Menurut cerita rakyat Tradisi “Ngabungbang” di muara sungai Cisukawayana Palabuhanratu, sudah dilakukan sejak ratusan tahun silam, setiap tanggal 14 bulan Maulud tahun Hijriah, pada saat Bulan Purnama tepat jam 12.00 malam (jam 00.00).

Terutama para Raja dan pembesar kerajaan datang dari berbagai penjuru dengan maksud mensucikan diri dan menyempurnakan ilmu kanuragan sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan kepada kebesaran Sang Pencipta Alam Semesta.

Konon kabarnya Muara Sungai Cisukawayana dianggap mempunyai nilai magis yang sangat tinggi, karena muara sungai Cisukawayana bermuara ke Laut Selatan. Dimana Laut Selatan adalah wilayah kekuasaan Nyi Dewi Loro Kidul (legenda) dan secara kebetulan muara sungai Cisukawayana keberadaannya ada di wilayah kekuasaan Kerajaan Galuh Pakuan Pajajaran / Kerajaan Pajajaran.

PRABU JAYADEWATA atau SRI BADUGA MAHARAJA atau lebih popular dengan julukan PRABU SILIWANGI, Raja Pajajaran I memerintah tahun 1482 – 1521 M. Beliaulah yang mempersatukan Kerajaan Galuh dan Kerajaan Pakuan menjadi Kerajaan Pajajaran ( Jawa Barat ) termasuk Banten.

Raja Pajajaran Prabu Siliwangi terkenal sebagai raja yang : Agung,Luhung,Arif dan Bijaksana, sehingga disegani oleh Raja – Raja se Nusantara. Beliau pulalah yang pertama membuat Palagon / Pasanggrahan di Lembah Gunung Tangkil, diatas kali Cipamali ( Petilasannya sekarang dibangun Hotel Inna Samudra Beach ) oleh Ir. Soekarno – Presiden RI Pertama.

Pasanggrahan dibangun untuk menjemput para tamu dan tempat istirahat dalam rangka persiapan mengikuti upacara Tradisi Ngabungbang, sekaligus rekreasi menikmati indahnya Pantai Laut Selatan, tidak ketinggalan berbagai hiburan tradisi untuk memeriahkan, umbul – umbul, janur dan obor menghiasi lokasi jalannya upacara.

Dimulai dengan do’a bersama di pinggir pantai muara dipimpin oleh sesepuh / pendeta Kerajaan. Selesai do’a dilanjutkan dengan labuh saji dan bunga sebagai tanda Syukur kepada Sang Khaliq atas segala nikmat yang telah dikaruniakan / dilimpahkan kepada umat manusia. Tepat jam 00.00 dimulai upacara Ngabungbang dan sebagai penghormatan di awali oleh Prabu Siliwangi, mensucikan diri,menyempurnakan ilmu yang dimiliki Sang Prabu. Setelah Sang Prabu selesai melaksanakan Ngabunbang baru yang lain secara bersama-sama melaksanakan Ngabungbang.

Selanjutnya selesai Ngabungbang Prabu Siliwangi duduk mengeringkan badan diatas Batu Karut, kemudian diberi gelar “ Tambayan “. Selesai di Batu Karut lantas Prabu Siliwangi melakukan meditasi di puncak Gunung Tangkil dengan di beri gelar “ WALI SAKTI – KUDRATULLAH “. Selanjutnya Prabu Siliwangi melakukan sholat Dzuhur di Sanghiang Tengah dan shalat Ashar di Bumi Cakrawala Panguyangan dengan gelar “ GENTAR BUMI “. Selanjutnya naik ke puncak Gunung Halimun dengan gelar “ SRI HIMUN HIDAYATULLAH “.
 

SRI BADUGA MAHARAJA Prabu Siliwangi wafat tanggal 13 Desember 1521 M dan dikebumikan di Gunung Badigul Rancamaya.

Demikian cerita singkat Asal Usul Ngabungbang di muara sungai Cisukawayana dan sampai sekarang secara turun temurun, tradisi Ngabungbang terus dilakukan oleh sebagian masyarakat yang mempercayainya. Bahkan banyak orang sengaja datang dari berbagai daerah untuk melakukan Ngabungbang dengan harapan mendapat berkah. Syariat melakukan Ngabungbang Hakekatnya Allah SWT yang mengabulkan permohonan setiap hambanya.

Pantai Laut Selatan
 (Palabuhanratu)
Pantai Palabuhanratu adalah sebuah tempat wisata di pesisir Samudra Hindia di selatan Jawa Barat. Lokasinya terletak sekitar 60 km ke arah selatan dari Kota Sukabumi.

Pantai ini dikenal memiliki ombak yang sangat kuat dan karena itu berbahaya bagi perenang pantai. Topografinya berupa perpaduan antara pantai yang curam dan landai, tebing karang terjal, hempasan ombak, dan hutan cagar alam.

Karena tempat ini mempunyai daya tarik sendiri, Presiden Soekarno mendirikan tempat peristirahatannya pada tahun 1960 di Tenjo Resmi. Selain itu, atas inisiatif Soekarno pula didirikanlah Samudera Beach Hotel, salah satu hotel mewah pertama yang dibangun di Indonesia pada kurun waktu yang sama dengan Hotel Indonesia, Bali Beach Hotel, dan Toko Serba Ada "Sarinah", yang kesemuanya menggunakan dana pampasan perang dari Jepang.

Fasilitas rekreasi

Selain hotel besar dan mewah Samudera Beach Hotel, di daerah ini terdapat pula sejumlah hotel dan losmen kecil, Pondok Dewata resor adalah salah satu villa mewah yang cukup laris dikunjungi wisatawan. Tidak berapa jauh dari Pantai Palabuhanratu terdapat beberapa lokasi wisata lainnya. Pantai Karanghawu, yang letaknya sekitar 20 km dari pusat kota Palabuhanratu, merupakan pantai karang yang menjorok ke laut dan berlubang di beberapa bagian itu. Bentuk karangnya lebih mirip tungku, dalam bahasa Sunda disebut "Hawu". Pantai-pantai lain yang terletak di daerah ini antara lain adalah Pantai Cibareno, Cimaja, Cibangban, Break Water, Citepus, Kebon Kelapa, dan Tenjo Resmi.

Sekitar 17 km dari Pantai Palabuhanratu terdapat sumber air panas di Cisolok, yang airnya mengandung belerang yang tinggi dan berguna bagi kesehatan.

Di seputar Palabuhanratu, paling tidak ada sembilan titik lokasi untuk berselancar, yaitu di Batu Guram, Karang Sari, Samudra Beach, Cimaja, Karang Haji, Indicator, Sunset Beach, Ombak Tujuh sampai Ujung Genteng. Masing-masing pantai mempunyai ombak dengan karakteristiknya sendiri.

Mitos

Masyarakat pantai selatan khususnya Palabuhanratu percaya adanya penguasa laut selatan yaitu Ratu Kidul. Konon, ia adalah seorang ratu yang cantik bagai bidadari. Di Laut Selatan - nama lain dari Samudra Hindia - sebelah selatan Pulau Jawa, ia bertahta pada sebuah kerajaan makhluk halus yang besar dan indah.

Pada bulan April biasanya masyarakat sekitar Palabuhanratu mengadakan ritual upacara adat Hari Nelayan. Hari Nelayan dimaksudkan sebagai syukuran atas rezeki yang telah mereka dapatkan dari hasil laut dan agar dijauhkan dari bencana. Biasanya dalam upacara ini disediakan sesaji berupa kepala kerbau yang nantinya akan dilarung ke tengah laut.